LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA GIZI
“Uji Protein Oleh Logam Berat, Panas
dan Asam ”
Disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Biokimia Gizi yang dibimbing oleh
Ibu Dr. Ir. Juliana
Christianingsih, M.Kes
Oleh :
Kelompok 2
1.
Bunga Rizky Amalia (P27835111007)
2.
Githa Ayu Prameswari (P27835111010)
3.
Pravita Arvyn D (P27835111021)
4.
Puput Sulviasari (P27835111022)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN D III GIZI
2012/2013
DENATURASI
DENGAN LOGAM BERAT
TUJUAN
PRAKTIKUM
Percobaan ini dimaksudkan untuk
mempelajari identifikasi protein berdasarkan sifat protein terhadap logam
berat.
PRINSIP
PERCOBAAN
Logam berat ini akan menyebabkan
denaturasi protein dengan pengendapan protein, apabila berbagai gugus
dipermukaan molekul protein bermuatan negatif sehingga membentuk garam dengan
kation dari logam berat. Kelebihan logam berat dapat melarutkan kompleks logam
berat- protein walaupun protein tetap mengalami denaturasi.
REAGENSIA
1.
Larutan Albumin
2.
Susu
3.
Larutan HgCl2 1%
4.
Larutan Pb Asetat 1%
ALAT
1.
Beaker Glass 2 buah
2.
Erlenmeyer 1 buah
3.
Rak + Tabung reaksi 4 buah
4.
Bola Hisap 1 buah
5.
Pipet Volume 2 buah
6.
Pipet Tetes 2 buah
METODOLOGI
KERJA
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Membersihkan tabung reaksi sampai bersih
dan kering
3.
Memberi etiket pada masing-masing
tabung, yaitu tabung 1 dan 2 (albumin), tabung 3 dan 4 (susu)
4.
Memipet larutan Albumin pada tabung 1
dan tabung 2 masing-masing sebanyak 2 ml
5.
Memipet susu pada tabung 3 dan tabung 4
masing-masing sebanyak 2 ml
6.
Menetesi HgCl2 1% beberapa
tetes pada tabung 1 dan tabung 3
7.
Menetesi Pb Asetat 1% beberapa tetes
pada tabung 2 dan tabung 4
8.
Mengamati kemudian mencatat perubahan
yang terjadi pada keempat tabung tersebut
TABEL
HASIL PENGAMATAN
No.
|
Bahan/Pereaksi
|
TAB
1
|
TAB
2
|
TAB
3
|
TAB
4
|
1.
|
Albumin
(ml)
|
2
|
2
|
-
|
-
|
2.
|
Susu
(ml)
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3.
|
Larutan
HgCl2
|
Bbrp tetes
|
-
|
Bbrp tetes
|
-
|
4.
|
Larutan
Pb Asetat
|
-
|
Bbrp tetes
|
-
|
Bbrp tetes
|
|
Hasil
pengamatan
|
menggumpal
|
menggumpal
|
menggumpal
|
menggumpal
|
Kesimpulan
|
positif
|
positif
|
positif
|
positif
|
GAMBAR
HASIL PENGAMATAN
Albumin setelah ditetesi HgCl2
|
Albumin setelah ditetesi Pb
Asetat
|
Susu setelah ditetesi HgCl2
|
Susu setelah ditetesi Pb Asetat
|
|
|
|
|
Menggumpal
|
Menggumpal
|
Menggumpal
|
Menggumpal
|
PERTANYAAN
1.
Apakah setiap kali penambahan logam
berat diikuti oleh panambahan endapan protein?
2.
Sebutkan logam berat yang menjadi
pencemar lingkungan di Jepang? Jelaskan bagaimana logam tersebut meracuni
manusia?
JAWABAN
1.
Iya.
Pada
percobaan ini, larutan albumin ditambahkan dengan larutan HgCl2 dan
larutan Pb-asetat. Setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan HgCl2
dan larutan Pb-asetat, terbentuk endapan berwarna putih dari garam proteinat.
Larutan
protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negatif dan positif dengan
perbandingan sama. Endapan putih yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi
penetralan muatan antara ion logam berat sebagai kation dengan molekul protein
sebagai anion.
Pada
penambahan larutan protein dengan HgCl2 dan Pb-asetat, anion-anion
dari HgCl2 dan Pb-asetat akan menyebabkan suasana larutan menjadi
sedikit asam, sehingga protein akan mengkondisikan diri sebagai basa dan
sebagian terdapat sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan
ion logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan
terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah
ditambahkan HgCl2 maupun timbal asetat . Senyawa-senyawa tersebut
akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein dan membentuk
endapan logam proteinat. Protein juga dapat mengendap bila terdapat garam-garam
anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Hal tersebut
dapat kita lihat pada endapan yang terdapat pada albumin setelah ditambahkan
HgCl2 dan Pb asetat. Albumin yang ditambahkan dengan HgCl2 jauh lebih banyak yang mengendap dibandingkan
dengan penambahan Pb asetat, hal tersebut dikarenakan tetapan disosiasi dari
HgCl2 lebih besar dibandingkan dengan Pb asetat. Ion Hg semakin
berikatan dengan protein sehingga endapan lebih banyak. Hasil yang kita peroleh
dari percobaan ini terhadap gelatin yang ditetesi HgCl2 maupun Pb
asetat adalah memberikan hasil negative, hal tersebut karena konsentrasi albumin kurang pekat sehingga tidak terlihat adanya endapan.
2. Logam
yang menjadi pencemar lingkungan di Jepang adalah Merkuri.
Pada
tanggal 21 Apil 1956 sebuah teluk di wilayah Jepang yakni Teluk Minamata ,
terkontaminasi Logam berat merkuri atau air raksa. Hal ini diakibatkan bahwa
sumber merkuri berasal dar pabrik batu
baterai Chisso.
Saat
itu terdapat banyak keluhan penyakit syaraf, seperti gangguan keseimbangan,
sulit berjalan, sulit menulis, sering lupa, sulit tidur, sulit mendengar,
melihat dan mengecap. Selain itu penderita menjadi tidak bertenaga, selalu
gelisah, bahkan tidak sadar jika menabrak tembok dan tiang listrik di pinggir
jalan.
Ternyata
diselidiki ternyata penyebabnya adalah karena terdapat kandungan Merkuri atau
air raksa di dalam tubuh seseorang yang sangat berlebih.Para penderita penyakit
Minamata, menunjukan kadar Merkuri antara 200 sampai 500 mikrogram per liter
darahnya. Sementara batasan aman menurut WHO adalah antara 5 sampai 10
mikrogram Merkuri per liter darah.
Merkuri
tadi ternyata masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Karena
setiap harinya, rata-rata warga Minamata mengkonsumsi ikan atau kerang yang
ditangkap di perairan tersebut.Padahal ikan dan kerang itu, sudah tercemar
logam berat Merkuri dari limbah yang dibuang oleh PT.Chisso. Dulu perusahaan
ini adalah perusahaan yang besar dan menunjang perekonomian rakyat, sehingga
pemerintah Jepang seperti tidak peduli dengan penyakit Minamata ini. Lama
kelamaan jumlah korban yang bertambah dan adanya korban tewas, baru membuat
pemerintah ikut campur. Akhirnya pabrik tersebut ditutup dan harus
membayar kerugian yang besar kepada para korban.
DENATURASI
PROTEIN DENGAN PANAS DAN ASAM
TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan protein pada bahan uji yaitu Urine, Pati
dan Albumin
PRINSIP PERCOBAAN
Protein hanya berfungsi aktif biologis pada daerah pH dan suhuyang terbatas. Jika pH dan suhu berubah melewati batas-batas tersebut,
protein akan mengalami denaturasi.
REAGENSIA
1. Asam
Asetat (CH3COOH)
ALAT
1.
Beaker Glass 3 buah
2.
Rak + Tabung reaksi 3 buah
3.
Bola Hisap 1 buah
4.
Pipet Volume 3 buah
5.
Pipet Tetes 1 buah
6. Bunsen
1 buah
METODOLOGI KERJA
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Membersihkan tabung reaksi sampai bersih
dan kering
3.
Memberi etiket pada masing-masing
tabung, yaitu Albumin, Urine dan Pati
4. Memipet
Larutan Albumin sebanyak 2 ml
5. Memipet
urine sebanyak 2 ml
6. Memipet
pati sebanyak 2 ml
7. Memanaskan
ketiga larutan tersebut hingga mendidih
8. Menetesi
ketiga larutan tersebut dengan Asam Asetat
9. Mengamati
kemudian mencatat perubahan yang terjadi
TABEL HASIL PENGAMATAN
No.
|
Bahan/Pereaksi
|
TAB
1
|
TAB
2
|
TAB
3
|
1.
|
Albumin
(ml)
|
2
|
-
|
-
|
2.
|
Urine
(ml)
|
-
|
2
|
-
|
3.
|
Pati
(ml)
|
-
|
-
|
2
|
4.
|
Perubahan
saat dipanaskan sampai mendidih
|
menggumpal
|
jernih
|
jernih
|
5.
|
Larutan
Asam Asetat
|
3 tetes
|
3 tetes
|
3 tetes
|
|
Perubahan
setelah ditetesi Asam Asetat
|
Menggumpal lebih banyak
|
jernih
|
jernih
|
Kesimpulan
|
Positif
|
negatif
|
negatif
|
GAMBAR HASIL PENGAMATAN
Albumin sebelum dipanaskan +
ditetesi Asam Asetat
|
Urine sebelum dipanaskan +
ditetesi Asam Asetat
|
Pati sebelum dipanaskan +
ditetesi Asam Asetat
|
|
|
|
Menggumpal
|
Jernih
|
Jernih
|
Albumin setelah dipanaskan +
ditetesi Asam Asetat
|
Urine setelah dipanaskan +
ditetesi Asam Asetat
|
Pati setelah dipanaskan +
ditetesi Asam Asetat
|
|
|
|
Menggumpal
|
Jernih
|
Jernih
|
Pengaruh
pemberian Panas dan Asam Terhadap Albumin, Urine, dan Pati
Pada uji koagulasi, endapan albumin
yang terjadi setelah penambahan asam asetat, memberikan hasil positif. Hal ini
menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja
telah terjadi perrubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein
tersebut mengendap. Perubahan struktur tesier albumin ini tidak dapat diubah
kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin
itu dalam air. Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan
terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah
ditambahkan HgCl2 dan Pb (CH3COO)2.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat.
Pada
praktikum uji protein melalui pencampuran asam asetat pada urin bertujuan untuk
mengetahui adanya kandungan protein yang terkandung pada urin. Dalam percobaan
ini, sebanyak 5 % atau 5 tetes larutan asam Asetat (CH 3COOH) ditambahkan
dalam setengah penuh urin dalam tabung reaksi dan kemudian dipanaskan. Setelah
ditambahkan asam Asetat tersebut, tidak terjadi perubahan warna ataupun tidak
terbentuk adanya endapan. Urin tetap
menjadi bening, hal ini menunjukan bahwa sampel urin tersebut normal. Sedangkan
kita ketahui bahwa indicator adanya albumin dalam urin ditandai dengan adanya
cincin putih diantara HNO3 pekat dalam urin. Adanya albumin dalam
urin dapat disebabkan karena iritasi pada saluran air seni atau kerusakan pada
ginjal, kemampuan glomerulus untuk dalam menyaring protein terganggu.
Pemeriksaan atau uji albumin pada penderita diabetes mellitus (DM) akan
memberikan reaksi positif terhadap asam Asetat (CH 3COOH) yaitu
dengan terbentuknya cincin putih diantara HNO3 pekat dalam urin yang
menunjukan adanya albumin. Ekskresi albumin pada urin penderita DM sebesar
30-300 mg/24 jam atau sebesar 20-200 mg/menit.
Uji
protein pada pati yang dipanaskan lalu ditetesi Asam Asetat teidak menunjukkan
perubahan. Larutan pati tetap berwarna jernih dan tidak menggumpal. Hal
tersebut menandakan bahwa pati tidak mengandung protein.
PEMBAHASAN
1.
DENATURASI
PROTEIN
A.
Pengertian
Denaturasi
Denaturasi
protein: merupakan berubahan unsur protein yang menimbulkan perubahan fisika,
kimia dan biologi akibat pemanasan atau ditambah asam (asam asetat, asam
nitrat). Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga matra dari suatu
protein. Denaturasi protein ada dua macam, yaitu pengembangan rantai peptide
(terjadi pada polipeptida) dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil
tanpa disertai pengembangan molekul (terjadi pada ikatan sekunder) (Kurtanto,
Tomy. 2008).
Denaturasi
protein pada enzim menjadikan enzim inaktif karena rusaknya struktur . Hal ini
karena konformasi bentuk molekulnya berubah sehingga substrat tidak cocok lagi
dengan bentuk enzim. Pada protein pembawa seperti haemoglobin, denaturasi
protein mampu menghilangkan kemampuan mengikat oksigen oleh darah (Kurtanto,
Tomy. 2008)
B.
Faktor
– Faktor Penyebab Terjadinya Denaturasi
Protein
dapat mengalami denaturasi, yaitu perubahan sifat fisik dan aktivitas biologis.
Faktor yang menyebabkan denaturasi protein adalah panas, perubahan ph secara
ekstrem, perlakuan mekanis, logarm berat, pelarut organik dan oksidator atau
reduktor. Misalnya penggumpalan albumin (komponen utama putih telur) ketika
telur direbus atau di goreng (syaib,abdullah.2010)
C.
Mekanisme
Denaturasi
Denaturasi
karena Logam
Pada percobaan
pengendapan dengan logam, albumin yang direaksikan dengan (CH3COOH)2Pb
dan HgCI2 menghasilkan endapan putih. Hal ini terjadi karena untuk
mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan di atas titik
isoelektrik sedangkan pengendapan oleh ion negatif memerlukan pH di bawah titik
isoelektrik. Pengendapan dengan logam berat, larutan albumin akan membentuk
endapan karena adanya gugus sulfurhidril yang dikandung oleh protein. Jadi
dalam hal ini Hg dan Pb bereaksi dengan protein akan memberikan endapan karena
logam tersebut diikat oleh albumin sehingga logam tersebut mengendap.
Pengendapan protein dapat dilakukan dengan
penambahan logam berat. Logam Pb dan Hg jika bereaksi dengan protein membentuk
garam proteinat yang tidak dapat larut, sehingga fungsi protein tersebut
hilang. Dalam percobaan ini, dengan penambahan larutan merkuri klorida (HgCl2)
kedalam larutan sampel A, B, C, dan D yang menyebabkan terbentuk larutan
berwarna putih dengan sedikit endapan berwarna putih pada tabung C dan D.
Sedangkan pada tabung A dan B terbentuk larutan bening dan tak berwarna.
Sama halnya dengan penambahan larutan merkuri
klorida, pada penambahan larutan timbal asetat (Pb(CH3COO)2)
juga terbentuk larutan berwarna putih yang lama – kelamaan membentuk endapan
berwarna putih pada tabung C dan D serta tabung A dan B tetap bening dan tak berwarna.
Hal ini disebabkan pada tabung C dan D, molekul – molekul proteinnya bereaksi
dengan logam berat membentuk proteinat yang tidak larut dalam air sehingga
turun sebagai endapan. Endapan yang diperoleh lebih pekat dari uji HgCl2.
Pengendapan ini terjadi karena adanya reaksi
penetralan muatan antara ion logam berat dengan anion dari protein. Perlu
ditinjau bahwa protein merupakan suatu koloid elektrolit yang bersifat amfoter.
Dalam bentuk netral, senyawa ini berbentuk dua kutub yang kondisinya dikenal
dengan titik isoelektrik.
Gambar 4. Titik isoelektrik protein pada keadaan asam dan
basa
Larutan garam yang ditambahkan pada larutan sampel
tentunya mengandung anion, untuk larutan Pb2+ anionnya adalah CH3COO-
sedangkan untuk larutan Hg2+ anionnya adalah Cl-.
Penambahan kedua anion ini menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit asam,
sehingga protein yang terdapat dalam larutan akan bertindak/mengkondisikan diri
sebagai basa dan sebagian besar terdapat sebagai anion. Anion dari protein
inilah yang bereaksi dengan ion logam berat membentuk garam proteinat yang
tidak larut dalam air. Reaksi yang terjadi:
Garam
proteinat yang tidak larut
|
Gambar 5. Persamaan reaksi antara protein dengan HgCl2
Garam
proteinat yang tidak larut
|
Gambar
6. Persamaan reaksi antara protein dengan Pb – asetat
Denaturasi
karena Asam
Protein
mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH isoelektrik yaitu pH dimana
protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama. Pada saat inilah protein
mengalami koagulasi. Penambahan asam ke dalam larutan menyebabkan ion-ion H+
dari asam akan terikat pada gugus-gugus yang bermuatan negatif sehingga terjadi perubahan pengutuban dari molekul
protein. Perubahan pengutuban tersebut menyebabkan perubahan konformasi dari
protein atau rusaknya struktur tersier atau kuarterner protein sehingga protein
mengalami koagulasi. (Anna,P,1994).
Pada pengendapan dengan asam kuat
akan terbentuk cincin bulat. Hal ini disebabkan karena pada saat penambahan
yang direaksikan dengan larutan protein menyababkan suatu denaturasi
irrervisibial protein.
Asam dan basa dapat mengacaukan
jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi pengganti dobel
terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam garam berganti pasangan dengan
ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan.
Reaksi ini terjadi di dalam sistem pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi
susu yang dikonsumsi(Ophart,C.E,2003)
Denaturasi karena
Panas
Panas
dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non
polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan
menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat
sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk
mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam
mencerna protein tersebut (Ophart, 2003).
Pemanasan
akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya
menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya
interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya
berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, 2003).
Seperti
asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai
muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk
ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada
titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga
tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di
antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isolistrik yang
berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada
umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada
pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik
isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolistrik pada albumin adalah
pada pH 4,55-4,90 (Poedjiadi, 1994).
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung
rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa).
Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama,
tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan karboksil dalam molekul. Dalam
larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga
protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul
protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif. Pada pH isolistrik
muatan gugus amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul
bermuatan nol (Winarno, 2002).
2.
KETERKAITAN
DENGAN GIZI
A.
Tingginya
Kandungan Logam Berat Dalam Tubuh Penderita Autis
Penelitian
menunjukkan, 80% anak autis di Indonesia mengalami keracunan logam berat,
seperti Timbal ( Pb ), Merkuri ( Hg ), Cadmium ( Cd ), Stibium ( Sb ).
Kontaminasi logam berat ini bisa berasal dari polusi udara ( asap knalpot
mengandung Timbal ), tambalan gigi amalgam, vaksin yang menggunakan merkuri
sebagai pengawet, serta jika mengkonsumsi ikan di perairan yang tercemar.
Logam berat
yang masuk ke dalam tubuh bersifat destruktif. Merkuri terutama merusak myelin
( selaput pelindung saraf – saraf otak ). Akibatnya sel – sel darah otak ibarat
kabel listrik yang terbuka dan rusak, tidak bisa berfungsi dengan baik.
Selain
merusak enzim pencernaan, merkuri juga menimbulkan turunnya daya kekebalan
tubuh. Celakanya, jika sakit, anak akan mendapatkan antibiotika. Padahal
antibiotik tidak hanya membunuh kuman – kuman penyakit, tetapi juga bakteri –
bakteri baik dalam perut seperti lactobacillus. Dengan terbunuhnya
lactobacillus, keseimbangan yang ada di dalam tubuh menjadi berubah. Jamur yang
pertumbuhannya selama ini dikontrol oleh lactobacillus, bisa berkembang bebas
di usus. Jamur berkembang biak dan menempelkan diri ke dinding usus dan
mengeluarkan enzim pencernaannya sendiri. Akibatnya dinding mukosa usus menjadi
berlubang – lubang kecil. Lubang – lubang ini meningkatkan permeabilitas usus,
yaitu kemampuan usus untuk menyerap partikel – partikel makanan.
Proses
penyerapan protein pada anak autis juga terganggu. Protein terdiri dari
rangkaian panjang asam amino. Bila pencernaan baik, maka rantai tersebut putus
semua menjadi satuan asam amino. Namun jika pencernaan kurang sempurna, maka
rantai tidak putus secara total, tapi masih ada rantai pendek yang terdiri dari
2-3 asam amino. Rantai pendek ini disebut Peptide.
Pada anak
autisme, karena mukosa usus lebih bisa ditembus air, peptide sanggup menyelinap
melalui lubang – lubang kecil pada mukosa, lalu terserap oleh usus dan dibawa
aliran darah ke otak. Di sini, jika peotide bersatu dengan sel – sel reseptor
opioid, mereka akan bereaksi seperti morfin.
Glutein dan
Casein adalah dua jenis protein yang sulit dicerna. Pada anak autisme, Glutein
dan Casein tidak dapat dipecah menjadi asam amino, melainkan masih terdiri dari
rangkain beberapa asam amino peptide dan tidak bisa terserap tubuh karena
ukurannya yang besar. Namun karena keadaan usus lebih bisa ditembus air,
peptide sanggup menyelinap melalui lubang – lubang kecil pada mukosa, lalu
terserap oleh usus dan dibawa aliran darah ke otak. Di otak, peptide ini
bersatu dengan sel – sel seseptor opioid, bereaksi menjadi seperti morfin.
Peptide yang berasal dari Gluten akan menjadi Gluteomorphin, sedangkan peptide
yang berasal dari casein akan menjadi caseomorphin.
Diding usus
yang lebih bisa ditembus air ini juga mendasari keadaan multiple food Allergy (
Alergi terhadap berbagai jenis makanan ). Makanan – makanan yang belum tercerna
dengan sempurna akan menyelinap melewati lubang – lubang kecil pada
dinding usus. Di luar dinding usus, terdapat sel – sel pembuat antibody. Oleh
sel – sel antibody, makanan yang belum tercerna sempurna tadi dianggap sebagai
zat asing dalam tubuh. Bila kebetulan yang belum tercerna secara sempurna
ini adalah telur, maka telur akan disergap oleh sel – sel pembuat antibody,
selanjutnya akan dibuat antibody untuk telur, akibatnya tubuh anak autisme
tersebut akan alergi terhadap telur. Hal yang sama terjadi untuk bahan – bahan
makanan lainnya.
Intervensi
Biomedis
Intervensi
Biomedis mencakup pengaturan pola makan, menghindari makanan tertentu dan
menambah makanan lain. Intervensi Biomedis harus segera dilakukan setelah hasil
tes laboratorium dipenuhi. Semua gangguan metabolisme yang ada harus diperbaiki
apakah dengan obat, vitamin, suplemen makanan maupun pengaturan diet. Yang
paling berat adalah jika anak keracunan logam berat. Apabila logam berat itu
tidak cepat dikeluarkan, ada kemungkinan sel – sel otak akan mengalami
kerusakan permanent.
Detoksifikasi
/ Kelasi
Mengeluarkan
logam berat dari tubuh dan otak anak disebut detoksifikasi atau kelasi (
Chelation ). Kelasi baru boleh dilakukan jika metabolisme dalam tubuh anak
sudah diperbaiki selama lebih kurang 3 – 6 bulan. Kelasi harus berada dalam
pengawasan yang tepat karena pemakaian obat – obat tertentu akan berpengaruh
pada kerja ginjal dan organ lain.
Sebagian
besar logam berat akan dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu ginjal harus
dijaga dalam dalam keadaan baik. Demikian juga pencernaan harus berada dalam
keadaan baik. Secara berkala, fungsi ginjal dan alat pencernaan harus
diperiksa.
Tahapan
Intervensi Biomedis
Yang menjadi
target dalam pelaksanaan intervensi biomedis adalah kemajuan kondisi anak. Jadi
efek negatif yang ditimbulkan terlalu banyak, tak ada gunanya intervensi
diteruskan. Terapi dalam intervensi ini tidak berdiri sendiri dan tetap
dipadukan dengan terapi-terapi lain.
Tahapan intervensi biomedis :
1.
Gencatan
senjata (ceasefire)
2.
Menilai
problem dan mencari persamaan
3.
Proses
membangun kembali (rekonstruksi)
1.
Gencatan senjata (ceasefire)
Atas dasar teori kelebihan opioid pada penyandang
autisme, para ahli sepakat bahwa penyandang autisme harus menghilangkan sumber
peptida, yaitu Glutein dan Casein. Anak autis harus menjalankan diet yang
disebut Diet GF-CF (Gluten-free dan Casein-free). Selain diyakini dapat
memperbaiki gangguan pencernaan, juga bisa mengurangi gejala atau tingkah laku
autisme anak.
Gluten adalah protein yang berasal dari keluarga
gandum-ganduman. Hasil olahan yang mengandung gluten adalah semua yang berasal
dari tepung terigu seperti makaroni, spagetti, mie, ragi, juga bahan pengembang
kue dan roti. Selain itu, sereal atau snack-crackes juga umumnya terbuat dari
gandum-ganduman.
Sedangkan casein adalah protein yang berasal dari susu
sapi. Produk olahan yang mengandung casein selain susu sapi segar maupun susu
bubuk adalah mentega, keju, yoghurt, cokelat dan es krim.
Diet GF-CF memang sangat disarankan. Tapi dengan
catatan, asupan glutein dan casein jangan dihentikan sama sekali. Sebab ibarat
pecandu narkoba, jika mendadak dihentikan bisa mengalami sakaw/ketagihan. Pada
anak autis, jika glutein-casein tiba-tiba dihentikan justru bisa memperburuk
kondisi anak.
Penyetopan asupan glutein-casein dari menu makanan
dilakukan secara bertahap. Caranya, makanan yang baru dicampur bersama-sama
dengan yang masih mengandung glutein-casein. Contohnya, mencampur susu kedelai
dengan susu sapi, sambil mengurangi proporsi susu sapinya.
Menghilangkan glutein dari makanan tidak membawa efek
langsung, kecuali pada anak-anak yang masih sangat kecil. Perubahan mungkin
baru terlihat dalam waktu 3-4 minggu atau lebih. Oleh sebab itu, menghilangkan
gluten sebaiknya paling sedikit 3 bulan. Setelah itu dievaluasi kemajuan anak.
Diet bebas glutein ini tidak menimbulkan efek buruk karena berkurangnya secara
bertahap. Efek ketagihannya lebih ringan, tapi cenderung lebih lama. Banyak
kasus memperlihatkan bahwa kemajuan penyandang autisme dicapai setelah
menjalankan diet bebas glutein selama 7-9 bulan.
Yang harus diingat bahwa glutein-casein adalah protein
yang sangat penting untuk pertumbuhan. Dalam melaksanakan diet GF-CF, sumber
protein bisa diperoleh dari protein nabati yang banyak terdapat pada kelompok
kacang-kacangan atau protein hewani yang banyak terdapat pada daging ayam,
sapi, maupun ikan.
2.
Menilai problem dan mencari persamaan
Setelah dilakukan diet GF-CF, seolah-olah tersibak
banyak faktor pencetus gejala autisme lain, yang umumnya berasal dari makanan.
Untuk mempermudah mengevaluasi dapat dibuat buku harian (Food Diary), selama
sebelum maupun sesudah melakukan diet.
Jika ada makanan yang dicurigai, sebaiknya makan
tersebut dihilangkan dari diet untuk jangka weaktu kira-kira 2 minggu untuk
kemudian dilihat efeknya.
Perlu diingat bahwa manghilangkan beberapa jenis
makanan penting (susu dan gandum) berarti juga mengurangi pemasukan vitamin dan
mineral ke dalam tubuh anak. Oleh karena itu, anak harus diberi cukup vitamin
dan mineral supaya tubuhnya tetap sehat. Penambahan vitamin dan mineral harus
berada dalam pengawasan dokter dan ahli gizi. Jika hal ini tidak dilakukan,
maka proses metabolisme pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan akan
terganggu.
3.
Proses membangun kembali (rekonstruksi)
Pada tahapan ini dilakukan pemberian-pemberian
suplemen sesuai kebutuhan anak. Pemberian suplemen ini harus berada dalam
pengawasan dokter.
B.
Albumin
Dalam Urine
Albumin
merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya cukup besar. Urine yang
mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak
sempurna. Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya
cincin putih diantara Asam nitrit pekat dan Urine. Albumin merupakan salah satu
protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein
plasma. Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari.
Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat
mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh. Uji ini
dilakukan dengan memanaskan terlebih dahulu sampel urine yang akan digunakan.
Sebelum dipanaskan urine berwarna kuning bening dan setelah dipanaskan, warna
urine tetap putih bening meskipun telah ditambahkan asam asetat. Hal ini
menunjukkan bahwa sample urine tidak
mengandung albumin. Ini berarti kinerja ginjal kedua orang tersebut masih
berfungsi dengan baik dan bisa menfiltrat protein yang masuk ke dalam ginjal.
Dalam keadaan
normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh glomerulus ginjal
sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urine. Protein darah merupakan
molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar sehingga pada orang yang
normal, tidak akan bisa menembus saringan ginjal pada bagian glomerulus. Jika
ditemukan protein di dalam urine, itu artinya saringan yang ada di glomerulus
tersebut telah rusak dan jebol. Dengan rusaknya saringan di glomerulus tadi
maka dapat menyebabkan zat – zat lain yang seharusnya disaring oleh glomerulus
juga akan ikut lewat. Sebagai catatan, jika telah lolos dari saringan di
glomerulus, protein tidak akan direabsorpsi lagi pada bagian tubulus sehingga
akan keluar melalui urine. Berbeda dengan zat – zat lain yang ukuran molekulnya
lebih kecil, seperti glukosa, yang masih bisa reabsorpsi pada bagian tubulus.
Itulah sebabnya mengapa protein dalam urine biasa dignakan sebagai parameter
untuk menentukan ada tidaknya kerusakan pada ginjal.
Cara Mengurangi Kadar Albumin dalam Urin
Keberadaan albumin dalam urin dapat dideteksi dengan
bantuan tes diagnostik yang disebut tes urine microalbumin. Jika albumin hadir
dalam urin, tes diagnostik lain harus dilakukan untuk menganalisis fungsi
ginjal.
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu menurunkan
kadar albumin urin.
1. Menjaga Tingkat
Glukosa Darah
Seperti disebutkan sebelumnya, diabetes memperbesar
resiko terjadinya masalah ginjal. Oleh karena itu, penting kadar gula darah
dipantau secara berkala. Jejak protein albumin dalam urin merupakan salah satu
gejala awal paling umum dari penyakit ginjal pada penderita diabetes. Glukosa
darah yang tinggi akan memiliki dampak negatif pada mekanisme penyaringan
ginjal sehingga protein masuk ke dalam urin. Urin berbusa dan retensi cairan
adalah beberapa gejala yang mungkin muncul karena adanya masalah ginjal. Cara
terbaik untuk mengobati kondisi ini adalah dengan menurunkan kadar glukosa
darah menjadi normal. Terapi insulin, obat, dan modifikasi diet dapat membantu
menormalkan kadar gula darah.
2. Menurunkan Tekanan
Darah
Hipertensi adalah kondisi yang memperburuk fungsi
ginjal dan jika tidak ditangani akan menyebabkan gagal ginjal. Terapi obat
ditambah dengan perubahan gaya hidup dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Penderita tekanan darah tinggi harus mengurangi konsumsi makanan olahan, garam,
makanan yang digoreng, dan lemak. Tetap aktif secara fisik juga akan menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan kesehatan
Syarat Dalam Menyusun Diet
Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur >
60 tahun cukup 30 kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut:
Karbohidrat
sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori
Protein
untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak
sebesar 0,6 g/kg BB.
Apabila
asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan
0,75 g/kg BB.
Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal,
oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein
bernilai biologi tinggi/hewani hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran
cukup 50 %. Saat ini protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein
nabati yang berasal dari olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
Lemak
untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 % diutamakan
lemak tidak
jenuh.
Kebutuhan
cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah IWL ±500
ml.
Garam
disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi
serta penumpukan
cairan
dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan
1000-3000 mg
Na/hari.
Kalium
disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari
Fosfor
yang dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari
Kalsium
1400-1600 mg/hari
Bahan Makanan yang Dianjurkan
Sumber
Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni,
jagng, roti, kwethiau, kentang, tepung- tepungan, madu, sirup, permen, dan
gula.
Sumber
Protein Hewani: telur, susu, daging,
ikan, ayam.
Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani
Hasil
olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai
sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi
menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap
diperhitungkan. Beberapa kebaikan dan kelemahan sumber protein nabati untuk
pasien penyakit ginjal kronik akan dibahas.
Sumber
Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine rendah garam,
mentega.
Sumber
Vitamin dan Mineral
Semua
sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hipekalemi perlu menghindari buah
dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam
sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang,
sayur/buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak
menjadi stup buah/coktail buah.
Bahan Makanan yang Dihindari
Sumber
Vitamin dan Mineral
Hindari
sayur dan buah tinggi kalium jika
pasien mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi
kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya,
kelapa muda, pisang, durian, dan nangka.
Hindari/batasi
makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan
tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering,
makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.
KESIMPULAN
1) Berdasarkan
percobaan dapat disimpulkan bahwa pada protein dapat terdenaturasi karena
pengaruh logam berat, garam, suhu (pemanasan), alkohol dan pH (asam-basa).
2)
Albumin
yang ditambahkan dengan HgCl2 jauh lebih banyak yang mengendap dibandingkan
dengan penambahan Pb asetat, hal tersebut dikarenakan tetapan disosiasi dari
HgCl2 lebih besar dibandingkan dengan Pb asetat. Ion Hg semakin
berikatan dengan protein sehingga endapan lebih banyak. Hasil yang kita peroleh
dari percobaan ini terhadap gelatin yang ditetesi HgCl2 maupun Pb
asetat adalah memberikan hasil negative, hal tersebut karena konsentrasi albumin kurang pekat sehingga tidak terlihat adanya endapan.
3)
Pada uji protein terhadap Susu kedelai,
dan Albumin, kedua bahan uji tersebut menggumpal dan dapat disimpulkan bahwa
kedua bahan uji tersebut positif mengalami denaturasi protein.
4)
Pada uji koagulasi, endapan albumin yang
terjadi setelah penambahan asam asetat, memberikan hasil positif. Hal ini
menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja
telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein
tersebut mengendap. Tetapi pada pati dan urine mendapatkan hasil negatif
sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat kandungan protein pada pati dan
urine.
5)
Penyebab penyakit minamata di Jepang adalah
karena terdapat kandungan Merkuri atau air raksa di dalam tubuh seseorang yang
sangat berlebih.
6) Penelitian
menunjukkan, 80% anak autis di Indonesia mengalami keracunan logam berat,
seperti Timbal ( Pb ), Merkuri ( Hg ), Cadmium ( Cd ), Stibium ( Sb ).
Kontaminasi logam berat ini bisa berasal dari polusi udara ( asap knalpot
mengandung Timbal ), tambalan gigi amalgam, vaksin yang menggunakan merkuri
sebagai pengawet, serta jika mengkonsumsi ikan di perairan yang tercemar.
7)
Urine yang mengandung Albumin menandakan
bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Poedjiadi,
Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Winarno,
F. G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.
http://ayukonye.wordpress.com/2010/12/28/laporan-praktikum-protein/
( Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2012, 15:23 )
http://bumbata.com/17481/tanda-masalah-ginjal-tips-menurunkan-albumin-dalam-urin/#ixzz29u4c05Tthttp://aritrybudirahayu.blogspot.com/2012/04/laporan-biokimia-analisis-urine.html
( Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2012, 15:05 )
http://farmacyilikeit.blogspot.com/2011/03/uji-identifikasi-protein.html ( Diakses pada tanggal 21
Oktober 2012, 08:18 )
http://melaticeria.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=1 ( Diakses pada tanggal 17
Oktober 2012, 17:00 )
http://semilirsenja.blogspot.com/2010/01/analisis-urine-laporan-praktikum.html ( Diakses pada tanggal 19
Oktober 2012, 19:44 )
http://www.scribd.com/doc/29526024/Laporan-BIOKIM-4 ( Diakses pada tanggal 19
Oktober 2012, 19:50 )
http://www.scribd.com/doc/57897247/biokimia ( Diakses pada tanggal 21
Oktober 2012, 11:25 )
http://www.scribd.com/doc/74015138/BIOKIM-CERIA#download ( Diakses pada tanggal 19 Oktober 2012, 20:07 )
http://www.scribd.com/doc/90149445/Identifikasi-Protein-Pada-Albumin-Telur (
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2012, 20:18 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar